20 tahunan yang lalu,suara sendal bapakku yang diseret dijalanan aspal depan rumah,bisa dijadikan alarm atau jam weeker yang berbunyi setiap jam 4.30 pagi.kaki pincang akibat stroke itu ternyata membawa manfaat tambahan bagi tetangga tetangga yang juga mesti siap siap bangun pagi sebelum mereka berangkat bekerja di pabrik rokok di kota kelahiranku.memang setiap pagi bapak jarang sekali absen untuk sholat subuh di masjid.
Ingat sekali,ketika ngambek aku selalu naik keatas pohon kenitu atau sawo apel di samping rumah yang tingginya 8 meteran,dan hanya turun ketika perut lapar saat makan siang.sambil mengendap endap menunggu bapak tidur siang,lalu aku akan masuk ke ruang makan dan menggarong makanan mirip kucing...."meoong..meong..!"ledek bapak yang ternyata cuma pura pura tidur dan memperhatikan tindak tandukku dari tadi.karena malu akupun lari dan naik keatas pohon lagi..."he..he.."bapak cuma tertawa ringan.
Pernah suatu kali bapak marah besar kepadaku gara gara aku tak mau disuruh masuk rumah saat maghrib.tanpa banyak bicara ditariknya aku kedalam rumah,lalu mengunci pintu jati tebal rumah kunoku.sambil ngedumel bukan duduk atau sholat maghrib eee...aku malah masuk ke dapur dan mengambil dua buah piring.dan.,gedumbruaang!!...piring piring itu pecah karena ku adu.bapak yang tadinya mau sholat,langsung mengencangkan sarung dan mendekatiku.tangannya yang gempal langsung menarik kerah belakang bajuku,ditentengnya tubuhku yang belum ada 10 tahun itu persis kucing yang menggendong anak.diapun melangkah keluar,dipoteknya sebatang pohon beluntas yang tertanam rapi,pepohonan yang sering jadi tempat persembunyianku ketika bermain petak umpet dengan kawan kawan.kini patahan pohon tadi siap menjadi hukuman atas kebandelanku..."udah bapak,ampun bapak!"tangisku...ibuku hanya memperhatikan dari balik pintu dapur yang terbuka.
"sholat maghrib!..habis itu tidur!!"kata bapak
dengan masih tersedu akupun melangkah ke padasan(pancuran dari tanah)untuk mengambil wudhu..sementara didalam rumah kulihat ibu sedang mengutarakan sesuatu kepada bapak.entahlah apa yang sedang mereka bicarakan..
Kini ..Cambukan kecil itu masih saja membekas di hatiku,cambukan yang membuat aku lari dan mempercepat langkah.hingga kuinjakkan kaki ke tanah hijaz,dan meletakkan kening kotorku di depan rumah kotak tua buatan Nabi Ibrahim dan Nabi ismail...
Bapak......!!aku rindu cambukkanmu...cambukan yang bisa menghantarkan aku meraih kecintaanNYA.Semoga Allah mengampuni segala dosamu dan menikmati alammu saat ini...amin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar